Mengingatbetapa pentingnya kerbau dalam setiap kehidupan dari masyarakat Torajad dan motif ukiran ini dipercaya sebagai lambang kemakmuran. Motif Pa’Tanduk Re’pe. Penggunaan dari motif pucuk rebung yang ada pada kain songket dimaksudkan supaya si pemakai selalu mendapatkan keberuntungan dan harapan yang baik dalam setiap langkah Kainsongket yang memiliki motif bunga melati biasanya digunakan oleh gadis-gadis dalam lingkup kerajaan yang belum menikah karena motif bunga melati menggambarkan kesucian. d Motif pucuk rebung melambangkan harapan baik sebab bambumerupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun. Motif pucuk rebung selalu ada dalam BookmarkFile PDF Motif Burung Hong Pada Kain Gendong Jawa Minahasa merupakan keturunan dari "keluarga kerajaan" di Tiongkok. Anda yang selama ini tak percaya dengan klaim itu, juga perlu membaca buku ini guna mendapatkan alasannya. Untuk Anda yang masih bingung dan ragu-ragu apakah harus percaya atau tidak, buku ini juga bisa memberi 5Fakta Menarik Songket Palembang. 1. Sejarah Kain Songket Palembang. Sumber: Palembang Posting. Melansir laman Indonesia Kaya, songket merupakan salah satu peninggalan bersejarah dari kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 hingga abad ke-13. Konon, kain songket merupakan bukti dari kerajaan Sriwijaya kala masih berjaya. Senihbae3103. 1. 1.0 Pengenalan Kesenian menjadi tunjang kepada kebudayaan masyarakat melayu sejak turun temurun lagi. Seni kraf melayu menjadikan identiti masyarakat melayu lebih terserlah dan dikenali ramai. Ini kerana kesenian melayu telah diakui dunia sebagai unik dan menarik. EYANZIAIMAN BIN HEZRADZI Moe menerbitkan Pendidikan Seni Visual Tingkatan 1 pada 2021-01-19. Baca versi flipbook dari Pendidikan Seni Visual Tingkatan 1. Muat turun halaman 151-192 di FlipHTML5. Pbh3FL. simbol-simbol, dalam kain songket ternyata mempunyai arti perlambangan yang sakral dalam setiap coraknya dan dalam satu kain songket terdapat motif, warna dan perlambangan berbeda sehingga menghasilkan perpaduan yang indah. Lambang-lambang yang terdapat dalam kain songket dan penggunaannya antara lain a. Motif bunga mawar dalam desain kain songket mempunyai arti perlambangan sebagai penawar malapetaka. Kain songket yang memiliki motif bunga mawar biasanya dipakai sebagai kelengkapan upacara cukur rambut bayi sebagai selimut dan kain gendongan. Kain songket dengan motif bunga mawar digunakan dengan harapan kehidupan si anak yang akan datang selalu terhindar dari bahaya dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. b. Motif bunga tanjung melambangkan keramah tamahan sebagai nyonya rumah juga sebagai lambang ucapan selamat datang. Kain songket yang memiliki motif bunga tanjung dipakai oleh nyonya rumah untuk menyambut tamu. c. Motif bunga melati dalam desain kain songket melambangkan kesucian, keanggungan dan sopan santun. Kain songket yang memiliki motif bunga melati biasanya digunakan oleh gadis-gadis dalam lingkup kerajaan yang belum menikah karena motif bunga melati menggambarkan kesucian. d. Motif pucuk rebung melambangkan harapan baik, karena bambu adalah pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang. Motif pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal. Penggunaan motif pucuk rebung pada kain songket dimaksudkan agar sipemakai selalu mempunyai keberuntungan dan harapan baik dalam setiap langkah hidup. Pada masa sekarang ini di Indonesia, arti dan perlambang dalam motif kain tidak sedikit yang mengabaikannya, banyak dari mereka mengindahkan semuanya itu. Apa yang ada dalam dalam motif kain ini sebenarnya melambangkan sebuah do’a untuk sipemakainya, sebagai contoh motif pucuk rebung memiliki arti agar sipemakai selalu berada dalam keberuntungan dalam hidupnya. Apa yang ada dalam motif kain ini merupakan simbol dari harapan manusia itu sendiri. Tentang songketaslipalembang Mencoba memperkenalkan kain asli palembang Pos ini dipublikasikan di Kain Songket Asli Palembang. Tandai permalink. Songket merupakan jenis kain tekstil tenun tradisional yang terdapat di daerah Melayu dan Minangkabau, wilayah paling banyak yang menghasilkan tenunan ini adalah Indonesia, Malaysia, dan Brunei darussalam. Songket sendiri digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang. Songket Minangkabau Sumber Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti "mengait" atau "mencungkil". Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Istilah menyongket berarti menenun dengan benang emas dan perak’. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu. Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket. Beberapa kain songket tradisional Sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu. Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan hewan dan tumbuhan setempat. Motif ini seringkali juga dinamai dengan nama kue khas Melayu seperti serikaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan penganan kegemaran raja. Sejarah songket Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani, dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu sekitar tahun 1500-an. Industri kecil rumahan tenun songket kini masih bertahan di pinggiran Kota Bahru dan tetapi menurut penenun Terengganu,[butuh rujukan] justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang dan Jambi, yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya abad ke-7 sampai ke-11. Songket Palembang dikenakan oleh pengantin wanita berbusana pernikahan adat Aesan Gede Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delima yang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi.[2] Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala Kain". Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung. Dokumentasi mengenai asal usul songket masih tidak jelas, kemungkinan tenun songket mencapai semenanjung Malaya melalui perkawinan atau persekutuan antar bangsawan Melayu, karena songket yang berharga kerap kali dijadikan maskawin atau hantaran dalam suatu perkawinan. Praktik seperti ini lazim dilakukan oleh negeri-negeri Melayu untuk mengikat persekutuan strategis. Pusat kerajinan songket terletak di kerajaan yang secara politik penting karena bahan pembuatannya yang mahal; benang emas sejatinya memang terbuat dari lembaran emas murni asli. Songket sebagai busana diraja juga disebutkan dalam naskah Abdullah bin Abdul Kadir pada tahun 1849. Motif Songket Songket memiliki motif-motif tradisional yang sudah merupakan ciri khas budaya wilayah penghasil kerajinan ini. Misalnya motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah, Tampuak Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam adalah khas songket Pandai Sikek, Minangkabau. Beberapa pemerintah daerah telah mempatenkan motif songket tradisional mereka. Dari 71 motif songket yang dimiliki Sumatera Selatan, baru 22 motif yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dari 22 motif songket Palembang yang telah terdaftar di antaranya motif Bungo Intan, Lepus Pulis, Nampan Perak, dan Limar Beranti. Sementara 49 motif lainnya belum terdaftar, termasuk motif Berante Berakam pada seragam resmi Sriwijaya Football Club. Selain motif Berante Berakam, beberapa motif lain yang belum terdaftar yakni motif Songket Lepus Bintang Berakam, Nago Besaung, Limar Tigo Negeri Tabur Intan, Limar Tigo Negeri Cantik Manis, Lepus Bintang Penuh, Limar Penuh Mawar Berkandang, dan sejumlah motif lain. Ditinjau dari bahan, cara pembuatan, dan harganya; songket semula adalah kain mewah para bangsawan yang menujukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya. Akan tetapi kini songket tidak hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat kaya dan berada semata, karena harganya yang bervariasi, dari yang biasa dan terbilang murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat mahal. Kini dengan digunakannya benang emas sintetis maka songket pun tidak lagi luar biasa mahal seperti dahulu kala yang menggunakan emas asli. Meskipun demikian, songket kualitas terbaik tetap dihargai sebagai bentuk kesenian yang anggun dan harganya cukup mahal. Sejak dahulu kala hingga kini, songket adalah pilihan populer untuk busana adat perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali. Kain ini sering diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai salah satu hantaran persembahan perkawinan. Pada masa kini, busana resmi laki-laki Melayu pun kerap mengenakan songket sebagai kain yang dililitkan di atas celana panjang atau menjadi destar, tanjak, atau ikat kepala. Sedangkan untuk kaum perempuannya songket dililitkan sebagai kain sarung yang dipadu-padankan dengan kebaya atau baju kurung. Meskipun berasal dari kerajinan tradisional, industri songket merupakan kerajinan yang terus hidup dan dinamis. Para pengrajin songket terutama di Palembang kini berusaha menciptakan motif-motif baru yang lebih modern dan pilihan warna-warna yang lebih lembut. Hal ini sebagai upaya agar songket senantiasa mengikuti zaman dan digemari masyarakat.[9] Sebagai benda seni, songket pun sering dibingkai dan dijadikan penghias ruangan. Penerapan kain songket secara modern amat beraneka ragam, mulai dari tas wanita, songkok, bahkan kantung ponsel. Di Indonesia, pusat kerajinan tangan tenun songket dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan Sumbawa. Di pulau Sumatera pusat kerajinan songket yang termahsyur dan unggul adalah di daerah Pandai Sikek dan Silungkang, Minangkabau, Sumatera Barat, serta di Palembang, Sumatera Selatan. Di Bali, desa pengrajin tenun songket dapat ditemukan di kabupaten Klungkung, khususnya di desa Sidemen dan Gelgel. Sementara di Lombok, desa Sukarara di kecamatan Jonggat, kabupaten Lombok Tengah, juga terkenal akan kerajinan songketnya. Di luar Indonesia, kawasan pengrajin songket didapati di Malaysia; antara lain di pesisir timur Semenanjung Malaya khususnya industri rumahan di pinggiran Kota Bahru, Kelantan dan Terengganu; serta di Brunei. Windi Ariska Member Joined Dec 5, 2014 Messages 405 Likes Received 50 Trophy Points 28 Warna yg dipakai buat mewarnai kain songket didapat dari pewarna kesumbo utk warna hijau, ungu, merah anggur & warna kuning dari kunyit sedangkan buat warna merah dgn memakai kulit kayu sepang adalah kulit kayu dari pohon sepang yg telah lanjut umur. warna ungu bisa pula dihasilkan dari kulit buah manggis. Seluruh yg dipakai buat mewarnai kain songket nyata-nyatanya berbahan basic dari alam, mereka mengupayakan memadukan warna ini maka membuahkan warna jelas mencolok & indah. Utk menciptakan warna dalam kain pastinya memerlukan wawasan yg tak sembarangan, di mana beliau mesti mengolah bahan basic dari alam ini jadi satu buah tinta. Manusia ternama juga sebagai makhluk bersimbol, tiap-tiap tingkah laku & perbuatannya penuh bersama simbol-simbol tertentu, tak tidak cuma apa yg terdapat dalam warna kain songket. Tiap-tiap warna yg terdapat dalam kain songket mempunyai artinya tersendiri yg bakal menunjukan status dari sipemakainya, bukan cuma status ketajiran tapi serta status sosial yg diantaranya yaitu kain songket bersama warna hijau, merah & kuning dimanfaatkan oleh janda, sedangkan jikalau mereka mau menikah lagi sehingga mereka bisa memanfaatkan aneka warna yg jelas atau cerah Suwarti Kartiwa 35. Dalam kain songket tak memiliki patokan dalam elemen warna buat satu tipe kain songket tertentu, lantaran terhadap kain songket yg dipentingkan merupakan terhadap type & kegunaannya, dalam satu tipe kain songket terdapat lebih dari satu warna sbg penghias kain. Lambang Motif yg Terdapat dalam Kain Songket Palembang Apabila hidup manusia ini penuh bersama simbol-simbol, dalam kain songket nyatanya memiliki arti perlambangan yg sakral dalam tiap-tiap coraknya & dalam satu kain songket terdapat motif, warna & perlambangan tidak sama maka membuahkan perpaduan yg indah. Lambang-lambang yg terdapat dalam kain tenun songket & penggunaannya antara lain songke rancangan b. Motif bunga tanjung melambangkan keramah tamahan sbg nyonya rumah sebagai lambang ucapan selamat datang. Kain songket yg mempunyai motif bunga tanjung diperlukan oleh nyonya rumah buat menyongsong tamu. c. Motif bunga melati dalam rancangan kain songket melambangkan kesucian, keanggungan & sopan santun. Kain songket yg mempunyai motif bunga melati rata rata dipakai oleh gadis-gadis dalam lingkup kerajaan yg belum menikah lantaran motif bunga melati menggambarkan kesucian. d. Motif pucuk rebung melambangkan angan-angan baik, lantaran bambu yakni pohon yg tak gampang rebah oleh tiupan angin kencang. Motif pucuk rebung senantiasa ada dalam tiap-tiap kain songket sbg kepala kain atau tumpal. Pemakaian motif pucuk rebung kepada kain songket dimaksudkan supaya sipemakai senantiasa memiliki keberuntungan & cita-cita baik dalam tiap-tiap langkah hidup. Terhadap musim saat ini ini di Indonesia, arti & perlambang dalam motif kain tak sedikit yg mengabaikannya, tidak sedikit dari mereka mengindahkan semuanya itu. Apa yg ada dalam dalam motif kain ini sebenarnya melambangkan satu buah do’a buat sipemakainya, juga sebagai sampel motif pucuk rebung mempunyai arti supaya sipemakai senantiasa berada dalam keberuntungan dalam hidupnya. Apa yg ada dalam motif kain ini adalah simbol dari angan-angan manusia itu sendiri. Simbol Status Sosial Motif kain yg tidak jarang tampak dalam kain songket yaitu motif bunga, ini menandakan kedekatan dgn perempuan. Seperti yg dikemukakan oleh Akib seperti dikutip oleh Suwarti Kartiwa 1996 34 , menyampaikan bahwa kain songket erat hubungannya dgn perempuan & didalamnya mencerminkan perempuan. Elemen ini nampak dari bersama jumlahnya motif bunga yg diterapkan dalam rancangan kain songket & jikalau selanjutnya dalam tradisi terdapat baju yg difungsikan oleh cowok, sebab itu ialah perkembangannya yg seterusnya lantaran terhadap era dulu kain songket ditenun oleh para gadis sambil menunggu datangnya lamaran dari pihak laki-laki. Seperti halnya baju rutinitas di daerah-daerah lain, penduduk Palembang mempunyai ā€œkeharusanā€ utk menggunakan kain songket dalam tiap-tiap upacara yg dilakukan terutama menyangkut bersama upacara & perayaan baju rutinitas. Kain songket dipakai terhadap tiap-tiap upacara keagamaan, perkawinan maupun upacara rutinitas yang lain & tak buat dimanfaatkan sehari-hari Himpunan Wastraprema 1976. Ini seluruh menandakan jika kain songket tak mampu dimanfaatkan sembarangan, sebab di dalamnya mengandung makna-makna tertentu. Makna ini adalah perlambang dari sipemakai. Juga Sebagai sample, penggunaan kain songket utk upacara perkawinan tidak serupa bersama yg diperlukan buat upacara keagamaan & upacara rutinitas yang lain. Perbedaan itu sanggup dipandang kepada warna merah cabe yg biasa difungsikan oleh pengantin sedangkan buat upacara kebiasaan yang lain bebas pilih motif & warna. Dulu penggunaan kain songket dibedakan antara utk keluarga kerajaan, Petugas kerajaan, golongan bangsawan & rakyat biasa. Perbedaan penggunaan kain songket utama sebab dalam kain songket memiliki motif-motif tersendiri yg menggambarkan kebesaran & keagungan pemakainya. Share This Page

motif burung pada kain songket dimaksudkan sebagai lambang